Silent trip Bulukumba

Silent trip Bulukumba (Sabtu – Senin /  6 – 8 Februari 2016)

Perjalanan kali ini lahir dari ide bersama saat meet up perdana kami, komunitas backpaker indonesia chapter sulawesi, saat itu meet up perdana hanya dihadiri oleh tiga orang, saya, mba monita dan mba brenda. Setelah men-skip beberapa tempat lainnya, malam itu kami sepakat memilih bulukumba sebagai lokasi tripperdana. Kurang lebih satu minggu kami mem-publish trip ini di grup whats app,tidak menunggu waktu yang lama untuk melihat hasil tebaran  “racun”  kawan-kawan di grup. Pada trip kali ini kami membatasi peserta karena hanya menggunakan satu mobil, jadi jumlahnya hanya delapan orang, biar lebih luas dan santai selama perjalanan.

Tetiba grup menjadi ramai karena trip perdana ini, satu persatu anggota grup sepertinya telah terinfeksi virus trip bulukumba,adalah bang Freddy dari kalimantan yang paling gencar menebar virus, selain mba monita tentunya mewakili tuan rumah dan bang onank dengan video-videonya. Keras betul racunnya bang onank…

Karena sudah ada beberapa orang yang  fix akan bergabung, maka dibuatlah grup chat yang khusus lagi, yah…”silent trip bulukumba” adalah nama grupnya, entah kenapa seperti itu judul tripnya. Ahk… Cuma bang Freddy dan tuhan yang tau maksudnya, he…..

Beberapa anggota grup tampak galau dengan racun teman-teman.  Karena ada beberapa teman yang tiba-tiba meng-cancel pemberangkatannya termasuk mba Brenda ,temannya dan satu orang teman saya yang kurang sehat saat itu,  maka kursinya pun dilelang.

Tidak butuh waktu lama setelah pengumuman lelang, semua kursi penuh kembali, peserta dari makassar ada saya dan mba moni, dari pare-pare ada bang Armin, mas Rudi dan om Heri.Nah…peserta terjauh kali ini dari kalimantan, ada Bang Freddy tentunya sebagai tukang racunnya, mba maya dan mas ryo sebagai korbannya. Ha…..

Setelah semua peserta fix, kami pun bersepakat untuk bertemu disebuah pusat perbelanjaan di jantung kota Makassar, tempat ini kami pilih karena akses menuju kesana lebih mudah dari segala arah, selain lebih mudah di temukan tentunya. Perjalanan kami mulai dari tempat meeting point yang telah kami tentukan sebelumnya, satu persatu pun berkumpul,ternyata justru kami yang dari makassar yang terlambat kumpulnya, he….dan ternyata pula ditempat inilah sebuah peristiwa “dosa besar”  bagi backpaker terjadi, kejadian apa yah….. biar kami dan tuhan yang tau.ha……pisss….

Setelah semuanya berkumpul kami memulai perjalanan menuju bulukumba sekitar jam sebelas siang, awalnya kami akan berencana berangkat paling lambat jam sembilan pagi, karena sesuatu dan lain hal serta mungkin kebiasaan kami terutama saya barangkali yang selalu tidak tepat waktu, he…..maklum, kebiasaan waktu masih di kampus masih terbawa.

Perjalanan kali ini menggunakan mobil rombongan kawan-kawan yang datang dari pare-pare, tentu bukan perjalanan singkat bagi mereka, jarak kota makassar dari pare-pare kurang lebih 155 km, mereka tentunya akan melanjutkan lagi perjalanan ke bulukumba yang berjarak kurang lebih 150 km .wow…samangat yang luar biasa dari teman-teman terutama mas rudi yang jadi driver-nya.

Perjalanan ke Bulukumba akan melintasi empat kabupaten, yanki kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto dan Bantaeng. Normalnya, waktu tempuh dari kota Makassar ke Bulukumba sekitar empat jam, tapi kami menempuh perjalanan dengan santai saja mengingat driver kita yang sudah menempuh perjalanan jauh dari Pare-pare.

Sepanjang perjalanan kami banyak dihibur oleh banyolan bang fredy, cerita pengalaman perjalanan dan sesekali cerita horor…

Karena sudah kelaparan, kami  mampir makan di Bantaeng, tempat yang kali ini beruntung kami singgahi adalah sop konro dan ikan bakar yang terletak poros jalan di kota Bantaeng, sekedar info harga makanan di situ 35 ribu untuk sop konro, dan 23 ribu untuk ikan bakar, untuk minumannya juga terjangkau. Setelah santap siang, kami melanjutkan perjalanan, kami sempat mampir di pantai marina, mengabadikan momen sambil menikmati pantai.

Setelah merasa cukup, kami melanjutkan perjalanan. Dari itinerary yang kami susun, seharusnya destinasi pertama kami yaitu perkampungan suku kajang,tapi karena sudah terlalu sore maka kami men-skip Kajang. Kajang merupakan sebuah perkampungan tua yang terletak sekitar 20 km dari kota Bulukumba, Kajang merupakan perkampungan yang sangat menjaga adat dan kebiasaanya, mereka senantiasa berpakaian serba hitam dalam kesehariannya, kampung ini juga terkenal dengan “ pasang ri kajang” nya, sebuah pesan lama atau filosofi tentang hidup yang mereka jadikan acuan dalam menjalani kehidupannya. Selain itu kajang juga menolak teknologi untuk masuk di kawasan perkampungannya, jadi di dalam perkampungan tidak ada sama sekali listrik dan jalan aspal. Dulu, mereka sangat membatasi dirinya terhadap dunia luar, mereka mengangnggap bahwa moderrnisasi akan memiliki pengaruh buruk ke sendi kehidupan mereka. Namun, perlahan sekarang mau tidak mau tetap akan berpengaruh ke mereka, kehidupan modern pun telah dilakukan oleh sebagian masyarakat kajang, mereka yang telah modern tetap sebagai suku kajang namun tidak lagi bertempat tinggal di dalam perkampungan, mereka seringkali disebut sebagai warga kajang luar.

Perjalanan sekitar satu jam dari kota Bulukumba, akhirnya kami tiba di gerbang Tanjung bira, untuk masuk ke kawasan ini dikenakan biaya retribusi sebesar 25 ribu untuk wisatawan lokal dan 250  ribu untuk wisatawan mancanegara.(kalau tidak salah ingat yah…karena yang bayar saat itu bang Armin yang baik hatinya, wkwkwk……). Kami langsung menuju ke pantai Bara, lokasi yang rencananya akan kami tempati untuk kemping, sekitar 20 menit kami berkendara dengan jalan yang agak rusak, berbatu dan gelap (horor….mas brow…). Di sepanjang jalan menuju pantai Bara merupakan kawasan hiburan malam yang barangkali di sengaja dipisahkan dari pusat keramaian pantai tanjung Bira. Akhirnya kami tiba di pantai Bara, setelah memarkir kendaraan dan menurunkan barang, kami berjalan kaki menuju pantai, wawww….ternyata di pantai sudah banyak tenda yang berdiri, kami pun mencari tempat dan mendirikan tenda. Pada saat sementara mendirikan tenda, seorang pegawai villa menegur kami, kalau dilarang mendirikan tenda di situ karena posisinya tepat membelakangi villa, padahal ditempat itu juga ada tenda yang lain, tapi kami mengalah dan bergeser mencari tempat lain. Setelah berkeliling, akhirnya kami menemukan tempat yang agak bagus, kami pun  langsung mendirikan tenda, sebagian lagi memasak untuk makan malam dan mencari kayu kering untuk dijadikan api unggun.

Setelah tenda berdiri, sambil menunggu masakan mba-mba cantik nan mempesona selesai, kami menyalakan api unggun, sekalipun hawa saat itu agak panas karena kurang angin yang berhembus, kami tetap menyalakan api unggun, biar kekinian katanya, lagian api unggun itu untuk acara khusus malam itu, acara apa yah….? yah, acara bakar-bakar masa lalu, ha…..

Malam itu juga kami kedatangan tamu, teman mba moni, kami dikunjungi bang zul yang juga adalah warga bulukumba. nah… yang tamu sebenarnya siapa yah ??? saat menikmati api unggun, tetiba handphone saya berbunyi, saya mengangkatnya dan ternyata ada panggilan untuk mengambil “ jatah preman” di pantai tanjung bira, yah… saya di minta untuk merapat ke tanjung Bira untuk menjemput makan malam, lumayan anugerah, anu gerahtis, wkwkwk…. karena kebetulan bang zul mengendarai sepeda motor, kami langsung tancap gas ke pantai Bira menjemput anugerah tersebut. Tidak lama kemudian kami telah kembali, dan ternyata beberapa teman-teman sudah makan malam, saya lalu membuka bungkusan yang saya bawa. Wah…. ternyata isinya sangat menggoda, begitupula teman-teman yang tadinya sudah makan, lanjut lagi makannya. Bagaimana tidak, menunya Buras, ketupat, sambal pete tumis, ikan tumis dan ikan masak kaloa.nyammm…..

Makan malam selesai, acara bakar-bakar masa lalu pun dilanjutkan, malam semakin larut, sesekali angin datang berhembus, “ini angin darat” kata bang freddy. Mungkin karena datangnya dari arah belakang kami yang sedang menghadap ke pantai yah?. Satu persatu juga kawan-kawan melebarkan alas tidurnya, sepertinya tidur di luar tenda menjadi pilihan favorit malam itu, hanya bang Armin yang tidur di dalam tenda, ehhh….bang Armin atau om Heri yah, lupa saya…. sesekali mas ryo terbangun, yang paling duluan terlelap malam itu tentu mas…. ayohhh, siapa coba? Yak… mas rudi tentunya, mungkin karena kelelahan menyetir mobil.

Banyak hal yang kami ceritakan malam itu bersama teman-teman, termasuk membicarakan kembali perencanaan perjalanan esok harinya karena malam itu akan di konfirmasi kembali ke pemilik perahu yang akan mengantar kami. Sesekali bang freddy memancing dengan cerita horor. kata mba maya , “bang freddy tuh, mang gitu orangnya, suka cerita horor kalau lagi trip” . Mungkin karena bang freddy “ sensitif” yah untuk hal demikian. Tapi syukurlah, malam itu tak terjadi apa-apa, semua baik-baik saja.

Karena sudah menjelang subuh, kami semua pun melebarkan alas tidur, setelah sebelumnya merapikan dapur dan memasukkannya semua ke dalam tenda. Biasanya seh, yang halus-halus kurang senang kalau ada yang kotor. Selamat malam Bara…..

Dan…. selamat pagi pantai Bara, ternyata sudah banyak teman-teman yang sudah terbangun, sekililing juga para pengunjung yang lain sudah ada yang mandi dilaut, bermain bola,  lari-lari dan berfoto selfie tentunya yang sepertinya sudah menjadi hukum wajib dimanapun berada. Saya langsung mengeluarkan alat masak dari dalam tenda dan menyalakan kompor lau menyeduh teh hangat, satu persatu kawan-kawan lainnya pun terbangun, mba-mba yang cantik dan mempesona pun langsung memasak untuk sarapan teman-teman. Pagi itu kami sedikit gerak cepat karena sudah janjian dengan pemilik kapal yang akan mengantar kami di tanjung Bira. Sambil mba-mba yang cantik dan mempesona memasak, saya dan teman-teman lainnya juga membongkar tenda dan mengepaknya dalam kerel.

Jam sudah menunjukkan pukul sembilan lewat, padahal janjian kita jam sembilan pagi mas berow….. Setelah sarapan dan packing kami langsung meninggalkan pantai Bara, sebelumnya berfoto bersama tentunya. Wajib coy…..

Kami tiba di tanjung bira, setelah sebelumnya memarkir kendaraan di depan pondok pemilik kapal yang akan kami tumpangi. Tidak lama kemudian datanglah rombongan bang Onank yang memang sebelumnya sudah menyampaikan di grup kalau akan datang menyusul ke tanjung bira, mereka datang berlima, tapi yang gabung dengan rombongan kami hanya bertiga karena dua lagi ada agenda kantor juga yang kebetulan di tanjung bira.

Bang onank datang bersama bang Riky, kakak mas Ryo yang sekarang bertugas di Makassar, selain bang Riki ada Mas Adit, teman bang Onank dari Jakarta yang juga datang berlibur di Makassar.

Karena pembicaraan awal dengan pemilik kapal kalau kami hanya sembilan orang, sedangkan kami lupa memperhitungkan tambahan teman-teman yang akan menyusul, maka jadilah pemilik kapal sedikit repot, dia hanya menyiapkan kapal kecil yang memang untuk kapasitas sembilan orang, tapi untung bapaknya baik sekali, dia masih mau negosiasi, akhirnya dia melepas kami sebagai penumpangnya dan meyerahkan kami kepada pemilik kapal yang lainnya yang punya kapal lebih besar. Berkat bantuan bapak tadi akhirnya bapak pemilik kapal satunya akhirnya mau mengantar kami dengan harga yang sama sebelumnya.

Pelayaran kami mulai, jadi total kami yang berangkat sebanyak dua belas orang, destinasi yang akan kami tuju hari itu adalah pulau Kambing dan Pulau Liukang loe. Perjalanan ke pulau kambing kami tempuh selama kurang lebih 45 menit, ombak saat itu cukup tenang, hingga sebelum kami tiba di pinggir pulau kambing, ombak keras menyambut kami, beberapa dari kami sempat tegang, termasuk saya. He…. tapi bapak yang mengantar kami terlihat masih bermuka cantik, jadi sepertinya ombak hari itu masih biasa-biasa saja.

Kapal kami menepi di pinggian tebing cadas pulau kambing, ABK melarungkan jangkar.

End…… kami pun satu persatu melompat ke air, yah….tujuan kami mengunjungi tempat ini memang untuk snorkeling, menikmati bawah laut pulau kambing dari permukaan air, tampak bang Onank dan bang Riky, menyiapkan sparegun yang memang mereka bawa khusus dari makassar. Saya dan teman-teman yang lainnya juga hanya snorkeling menikmati karang dan ikan-ikan di sekitaran kapal, bang Fae juga terlihat sibuk dengan kamera barunya. Pemilik kapal juga menghumbau kami agar yang tidak mengenakan fins jangan terlalu jauh dari kapal, karena arus lumayan keras. Tidak terasa sudah dua jam kami snorkeling, kami semua naik, kecuali mba Moni dan mas Ryo yang tampak terkapar duluan di dek kapal, mabuk laut kayaknya yah….he….

Kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Liukang loe, tempat yang akan menjadicamp selanjutnya, dari pulau Kambing ke Pulau Liukang hanya berjarak 20 menit, dalam perjalanan menuju pulau Liukang, kapten kapal sempat mengantar kami di spot snorkeling berikutnya, namun sepertinya kami sudah kelelahan dan tidak ada yang turun lagi untuk snorkeling, akhirya kami langsung menuju pulau, disana kami yang rencanya akan mendirikan tenda tidak jadi karena pertimbangan air tawar dan tempat berganti pakaian,  kami akhirnya menyewa sebuah kamar yang memang ada di sana, kamarnya lumayan luas, terdapat dua tempat tidur dan kamar madi di dalam serta terdapat kipas angin di sana, ada beberapa penginapan yang ada di sana, salah satunya adalah yang kami sewa, memiliki enam kamar, hanya satu kamar yang menggunakan AC, sisanya hanya kipas angin. Penginapan yang lain juga di sekitaran pulau tersebut tapi masih hanya tersedia masing-masing dua kamar.

kami memasak di teras kamar, untung kamar sebelah tidak ada yang menyewa jadi kami bisa menggunakan terasnya. Bang onank, Riky, freddy dan Ryo masih melanjutkan snorkelingnya, teman-teman yang lain juga mengisi sore harinya dengan berkeliling kampung Liukang loe, hanya saya saja yang tinggal di penginapan.

Menjelang magrib, setelah semuanya kembali ke penginapan, kami pergi ke tempat penangkaran penyu yang terletak di depan dermaga kampung Liukang, kami tidak sempat menikmati penyu di sana karena sudah larut, mungkin penyunya juga istirahat, he….. dalam perjalanan pulang kami, ada sedikit insiden, mba Maya terpeleset di jembatan apung, dia menginjak ujung kayu yang tidak ada penyangganya sehingga kayunya patah dan sebelah kakinya terjatuh, tapi untung mba Maya tidak apa-apa. Lagi-lagi bang Freddy mengambil perannya di situ, masih sempat-sempatnya bercanda ke mba Maya, katanya cepat sekali mba berdirinya, baru saja mau di foto, he…….

Malam hari di penginapan, karena di tempat itu dilarang untuk menyalakan api unggun, jadi kami hanya duduk-duduk di teras sambil melihat atraksi masak-masak dari mba-mba yang cantik nan mempesona berkolaborasi dengan bang Fred dan mas Ryo. Ternyata mereka berdua memiliki bakat terpendam. Bang Zul dan bang Armin tampak memadu kasih di bale-bale di bawah pohon depan penginapan, sesekali mba moni meneriakinya, cie….. cie…………..  saya juga menahan kantuk malam itu, karena merasa sudah tidak tahan saya pun menuju ke tempat bang Zul dan bang Armin karena masih ada satu tempat tidur di situ, sejenak saya pun tertidur…..ngokkk…..ngokkk….

Tidak lama mba Moni membangunkan kami,  ternyata teman-teman sudah menata meja dan kursi untuk makan malam kami, tepat di samping tempat kami tertidur, menu malam itu adalah nasi, sayur, sambal, ikan dan tentunya dua ekor ikan goreng hasil tembakan bang Onank dan bang Riky….. selamat makan pulau Liukang loe…

Seperti biasa setelah makan, kami masih bercerita melewatkan malam sambil minum kopi, masih seperti malam kemarin, sesekali bang Fred memberikan sinyal keberadaan sesuatu. Ah… sudahlah, bang fred…horor…..

Sementara masih cerita, perlahan gerimis hujan juga turun, kami membangunkan semua teman-teman yang tertidur duluan di luar kamar, kami pun melebarkan alas tidur di teras, tapi sepertinya hujan malam itu kurang bersahabat dengan kami, kami harus mengungsi ke teras kamar tetangga yang lebih luas karena teras depan kamar kami juga basah. Saya sendiri mengambil tempat tidur tetap di teras depan kamar, tapi kali ini  dengan menggunakan meja kecil sebagai tempat punggung bersandar dan kursi sebagai sandaran pantat, rasa kantuk malam itu mengalahkan segalanya, tak peduli lagi kasur empuk atau bidang yang lebih datar, asalkan punggung bisa bersandar, maka jadilah saya terlelap.

Akhirnya pagi tiba juga, hujan pun telah berlalu, masih terasa basah di sebagian celana saya. Beberapa teman-teman sudah bangun dari tadi dan pergi ke penangkaran penyu, saya juga langsung mempersiapkan diri, bersih-bersih danpacking barang karena kami akan di jemput jam 9 pagi itu. Tidak lama kemudian, kapal yang akan menjemput kami datang, kami pun semua bergegas dan naik kapal, karena ombak tinggi kami tidak dapat bersandar di tanjung bira jadi, kapten kapal mengantar kami ke pelabuhan penyeberangan Bira, jaraknya juga sedikit lebih jauh daripada tanjung bira. Setelah melaut sekitar 25 menit, kami tiba di pelabuhan penyeberangan Bira. Kami langsung bongkar barang dan menyelesaikan semua biaya perjalanan ke kapten kapal.

Kami meninggalkan pelabuhan tanjung bira sekitar jam 12 siang, karena kami mengejar jadwal penerbangan teman-teman yang akan pulang ke kalimantan malam harinya, maka perjalanan kami sedikit dipacu, kami tiba di makassar sekitar jam lima sore, kami langsung mampir di coto pettarani. Setelah makan, kami mengantar mba Moni dan Mas Ryo ke rumahnya mba Moni, lalu saya yang duluan turun juga di pettarani. Teman-teman yang lain melanjutkan perjalanan ke Bandara dan Pare-pare.

See you next time kawan-kawan………………

Silent trip bulukumba, merupakan pengalaman tersendiri bagi saya, dengan teman-teman yang baru dan rasa pengalaman yang baru pula.

Share cost silent trip bulukumba :

Belanja logistik                                   Rp.    260.000

Makan siang di Bantaeng                Rp.    250.000

BBM                                                        Rp.    200.000

Retribusi masuk Bira                         Rp.    130.000

Belanja logitik dapur                          Rp.      50.000

Biaya sewa perahu                              Rp. 1.000.000

Sewa kamar                                           Rp.  300.00

Logistik perjalanan pulang             Rp.      50.000

Total                                                        Rp. 2.240.000

Share cost / 8 orang                                                                 Rp. 280.000 / orang

Leave a comment