DANAU TANRALILI

LElah Namun GairahKu Enggan hilang Sampai Esok,yah…LENGKESE .

IMG_0552

setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih empat jam dengan jalur yang cukup ekstrem,akhirnya saya tiba di sebuah danau yang ternyata betul-betul menghilangkan rasa lelah.sebetulnya perjalanan ke danau ini hanya memakan waktu kurang lebih dua jam,karena saya berkunjung saat bulan ramadhan dan tentunya saya juga berpuasa maka jadilah saya menempuh perjalanan dua kali lipat.untuk sampai ke danau Tanralili orang kampung sana menyebutnya dari kota makassar mengarah ke Malino sebuah kota kecil yang dijuluki kota kembang.yah, kota Malino memang dijuluki kota kembang karena berbagai macam bunga ada disana,bahkan salah satu pengembangan bunga anggrek terbesar ada di sana.kota malino merupakan wilayah kabupaten gowa propinsi sulawesi selatan, Malino masuk dalam kecamatan Tinggimoncong.Malino berada di ketinggian diatas 1000 Mdpl sehingga Malino senantiasa menyajikan suhu yang dingin,kalau orang-orang di ibukota sana mengenal kawasan Puncak sebagai tempat berlibur dan melepas penat, maka di Makassar Malino tempatnya, kawasan Puncak dan Malino memang memiliki karakteristik yang sama karena keduanya berada di ketinggian dan sama-sama menyajikan landskap yang luar biasa.
Tak jauh dari kota Malino,ada sebuah danau yang terbentuk secara alami karena dampak dari longsor gunung bawakaraeng.
Pada tahun 2004,tepatnya hari jumat sekitar jam dua siang,terjadi sebuah bencana dasyat yang menimpa warga di sekitaran pegunungan bawakaraeng,pada sisi sebelah barat pegunungan mengalami longsor dan membawa milyaran kubik material kaldera sehingga menyebabkan satu desa tertimbun dan puluhan orang meninggal dan hilang tertimbun.
Kaldera juga menimbun sungai sedalam ratusan meter,sehingga sepanjang daerah aliran sungai terkena dampaknya,salah satunya adalah anak sungai jeneberang,yaitu sungai Tanralili,karena ikut tertimbun dan membentuk sebuah danau secara alami,sehingga orang sekarang menyebutnya danau tanralili.
Untuk menuju ke danau Tanralili dari arah kota makassar mengambil jalur ke arah kab.gowa,sampai melewati perbatasan Gowa -Makassar dan melewati kota sungguminasa (ibu kota kab.Gowa) ,sebelum jembatan besar atau jembatan kembar belok kiri di perempatan jalan Malino – jalan poros Gowa-Takalar. Dari jalan poros Malino menempuh perjalanan selama kurang lebih dua jam sampai di pasar Salotuwo,lalu belok kanan didepan pasar mengikuti jalan ke arah Kec.Parigi,perjalanan kurang lebih satu jam sampai di RW Lengkese dusun Bawakaraeng Desa Manimbahoi.pengunjung bisa memarkir kendaraan di rumah pak imam dusun atau di pos penjagaan dekat pintu masuk jalur Tanralili.
Perjalanan ke danau Tanralili dari gerbang disambut dengan sebuah danau di sebelah kiri jalur,danau tersebut dijadikan tempat memancing dan berasantai warga maupun pengunjung.
Setelah berjalan selama lima menit melewati danau,kita akan melewati jalan setapak dengan susunan batu di sebelah kiri kanannya yang juga dijadikan warga sebagai batas kebun, melewati jalan kebun relatif datar namun perlu berhati-hati karena batuan lepas, setelah melewati jalan kebun kita akan melewati pagar yang terbuat dari bambu yang digunakan warga sebagai pembatas hewan ternak agar tidak bebas keluar masuk kampung,setelah melewati pagar,di sisi kanan terdapat air pancuran yang segar,biasanya dijadikan cek point atau tempat mengambil air pengunjung yang lewat, dari air pancuran tersebut,mulailah jalur menanjak dengan medan dari batuan lepas,di sepanjang jalur ini sangat tidak direkomendasikan untuk beristirahat dalam waktu yang lama karena pada sisi sebelah kanan terdapat tebing tinggi yang sewaktu-waktu dapat menjatuhkan material bongkahan batu yang ada diatasnya.setelah melewati tanjakan yang yang panjang dan berbatu,kita akan sampai di sebuah bukit,dari bukit ini kita sudah bisa melihat sisa material longsoran gunung bawakaraeng.dari puncak bukit ini,perjalanan dilanjutkan dengan menuruni bukit selama kurang lebih sepuluh menit,di jalur ini juga terdapat air pancuran pada sisi kanan jalur,setelah melewati pancuran jalur yang dilewati relatif datar namun sangat terbuka karena tidak ada pohon besar di sepanjang jalur. Sampai kita melewati sebuah sungai, kita akan melewati tanjakan kedua yang sedikit lebih ekstrem dan panjang di banding tanjakan pertama,untuk melewati jalur ini di butuhkan ekstra hati-hati karena kita akan melewati tanjakan yang rawan longsor dan licin,terdapat jalur yang sudah dipagari oleh warga karena sudah longsor,membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit melewati tanjakan ini sampai di ujungnya,setelah sampai di uiung tanjakan kita akan berjalan lagi selama kurang lebih dua puluh menit untuk sampai ke danau Tanralili.
Secara umum,jika kita berjalan secara normal dengan sedikit istirahat,perjalanan ke danau Tanralili dari perkampungan akan memakan waktu kurang lebih dua jam,disepanjang jalan hingga mencapai danau terdapat banyak sumber air.medan yang dilewati kebanyakan batuan lepas karena muatan material karakter pegunungan di sana adalah pasir dan batuan.
Keliling danau Tanralili kurang lebih lima ratus tiga puluh meter persegi dengan kedalaman yang relatif,sekitaran pinggiran danau memiliki kedalaman kurang lebih 3-6 meter.menurut warga yang pernah ikut melakukan pengukuran dengan peneliti dari jepang bahwa titik terdalam danau kurang lebih 48 meter dan terdapat sebuah cekungan di ujung aliran sungai yang mengalir ke danau.
Nama Tanralili dalam bahasa indonesia berarti “yang dilintasi”atau “yang di lewati”, dahulu Tanralili adalah sebuah sungai yang memiliki hulu di air terjun dan hilir pada pertemuan sungai jeneberang,namun kejadian longsor pada tahun 2004 di gunung bawakararaeng yang meruntuhkan separuh gunung tersebut dan membawa berjuta-juta kubik material mengakibatkan separuh sungai Tanralili tertutup dan menampung air sehingga menjadi sebuah danau,dahulu katanya, ada bukit yang tenggelam karena sungai yang tertutup,jadi masuk akal kalau peneliti jepang menemukan kedalaman sampai 48 meter.
Danau Tanralili pada siang hari cukup panas dan terik karena sekitaran camp tidak ada pohon besar sebagai peneduh dan pada malam hari relatif dingin, sehingga tetap membutuhkan kantong tidur untuk istirahat yang berkualitas.
Eksotisme danau tanralili menyajikan landscape yang luar biasa,danau yang dikelilingi bukit dan terdapat air pancuran yang langsung berhadapan dengan danau,dari kejauhan juga nampak perkasa air terjun yang jatuh bebas dari ketinggian bukit yang mengelilingi danau.
Pada malam hari,jika cuaca cerah,langit akan menyajikan pemandangan indah,bintang berkilau serta bulan yang indah.
Untuk berkunjung ke danau Tanralili dari kota Makassar dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor roda dua atau empat,tetapi jika menggunakan kendaraan roda empat harus sedikit berhati-hati karena jalan untuk masuk ke perkampungan sempit dan banyak tikungan tajam.jarak tempuh dari kota makassar sampai ke perkampungan terakhir kurang lebih delapan puluh kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih tiga setengah jam.

“Sementara bulan dan bintang saling beradu kecantikan,tepat di bawahnya sang tampan gunung menyaksikan mereka,seolah tak ada yang mau kalah, dari kejauhan nampak bintang lain seolah melirik mereka.pasti si tampan bingung menentukan pilihan siapa yang akan dipilih untuk menemaninya malam ini,sementara dengan tenang si danau yang berada tepat di kaki kokoh sang gunung tak sekalipun berkata malam itu.sang gunung memang tampan dan perayu,tapi dia tidak pernah sadar kalau yang selalu setia menemaninya dari malam hingga kembali ke malam hanya danau. Tapi,danau tak pernah menuntut apalagi memaksa untuk di pilih,apalagi kalau hanya untuk semalam itu.tapi danau selalu berpegangan tanpa dipilih pun dia akan selalu berada di sisi sang tampan,sekalipun gunung itu runtuh dan danau percaya bahwa itu adalah takdir tuhan”.
#danautanralililengkese

2 thoughts on “DANAU TANRALILI

Leave a comment